MARKAS GPTP
ALAMAT
Jl. Wolter Monginsidi, Margoyudan, Banjarsari.
FUNGSI BANGUNAN
Sebelum Peristiwa 1965:
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda bangunan ini merupakan milik sebuah
kelompok zending (misionaris) Kristen.
Jaman Clash II menjadi markas tentara Belanda. Setelah penyerahan kedaulatan
ditempati oleh TP Brigade XVII yang kemudian membentuk organisasi GPTP (Gerakan
Pelaksana Tjita-tjita Proklamasi). Karena mengambil Ganesha sebagai simbol,
maka GPTP juga dikenal sebagai Ganesha Boys.
Saat Peristiwa 1965:
Bangunan ini digunakan sebagai tempat penahanan, interogasi, dan
penyiksaan.
Setelah Peristiwa 1965:
Bangunan tetap digunakan sebagai markas GPTP
PENGUASA TEMPAT PENAHANAN
GPTP yang menggunakan senjata api.
TAPOL
Yang ditahan dan diinterogasi di tempat ini diantaranya adalah Wiyono dari
Kusumodilagan dan Kapten Bambang Supeno, perwira intelijen Korem 073 yang
berasal dari Salatiga.
Sampai saat ini hanya diketahui bahwa Sunarti -- ketua Gerwani ranting,
tokoh Pemuda Rakyat, sekaligus istri anggota DPRD Tk. II Surakarta dari F-PKI – sempat dibon ke
markas GPTP saat masih berstatus tahanan Seksi II Banjarsari. Karena status
suaminya, Sunarti juga dianggap sebagai tokoh PKI dan menjadi sasaran pembonan
GPTP. Rencananya ia hendak Õdibawa pergiÕ. Pada masa itu,Õdibawa pergiÕ bisa
berarti dihilangkan atau dibunuh.
...
saya diambil, pertama kali saya dibawa ke polisi, serahkan ke polisi di
Banjarsari. ... [di] Banjarsari saya ndak ditanyai apa-apa, ya cuma nama dan
tempat tinggal, gitu. Terus, pada malam harinya saya diambil oleh, saya tahunya
itu mereka itu orang-orang TP. Itu namanya siapa ya, Brigade 17 apa ya. Brigade
17 yang dulu tempatnya di Banjarsari. Karena mereka kenal saya, karena saya
sejak kecil kan sudah ikut mereka, membantu mereka waktu itu. Terus .... Saya
diapa itu digebrak-gebrak ...
ÓKowe kan anu, melu-melu PKI. ... kowe mengko anu arep di gowo lungo (Kamu kan anu, ikutan PKI. ... kamu nanti
akan dibawa pergi).Ó
ÒLho, arep digowo lungo nang ngendi (Lho, mau dibawa pergi ke mana)?Ó aku bilang begitu. ÒLha aku
baleke wae ning (Lha aku kembalikan saja) – aku cuma sendiri waktu
itu – dibaleke wae nang polisi, nanggone barengane konco-koncoku (kembalikan
saja ke polisi, di tempat di mana ada teman-temanku),Ó saya bilang gitu.
Terus dia bilang, ÒWis ora, kowe dadi
pentolan kok (Sudah tidak, kamu jadi orang penting kok).Ó
... gelagatnya kok kurang baik gitu o, wong (orang) saya cuma diambil sendiri
gitu ya.
Sunarti selamat karena pasukan AURI yang
sedang berpatroli dengan panser-panser mereka datang dan memerintahkan GPTP
untuk mengembalikan Sunarti ke Seksi II Banjarsari. Sebagai perempuan ia dianggap tidak mungkin
melakukan kegiatan berbahaya.
TINDDAK PELANGGARAN HAM
I. METODE PENYIKSAAN
1.
Disetrum di bagian mata, ibu jari tangan,
ibu jari kaki, kemaluan hingga mengalami kebutaan permanen dan impotensi
(Kapten Bambang Supeno dari Salatiga, perwira intelijen Korem 073; dirawat di
RS Diakonia – Pak Karno)
2.
Digantung terbalik dengan kepala
dimasukkan dalam air (Kapten Bambang Supeno)
3.
Diancam akan Ôdibawa pergiÕ karena
dianggap tokoh PKI (dihilangkan/dibunuh?)
SUMBER
FGD dengan Bapak-bapak, 21 Mei 2007
|
||