KANTOR KECAMATAN BANJARSARI
ALAMAT
FUNGSI BANGUNAN:
Sebelum Peristiwa 1965:
Kantor kecamatan
Saat Peristiwa 1965:
Tempat interogasi bagi tapol yang ditahan di pos polisi Seksi II
Banjarsari.
Sesudah Peristiwa 1965:
PENGUASA TEMPAT PENAHANAN
Pasukan AURI
TAPOL
Para tapol yang diinterogasi dan disiksa di
kantor Kecamatan Banjarsari terutama adalah mereka yang berstatus tahanan Seksi
II Banjarsari. Sri Haryati menuturkan:
... jam tujuh [malam] panggilan gitu, Si
A, Si B, Si C, bawa truk bawa, kalo enggak
Kecamatan Banjarsari, Balaikota, itu nanti jam 12, apa pagi, dibawa pulang itu
sudah diseret gitu, sampe tempat diguyuri air ...
[1]
Salah satu tapol yang sempat dibon di Kecamatan
Banjarsari adalah Sriyani. Ia menuturkan bahwa selama satu minggu masa
penahanannya di Seksi II Banjarsari, setiap malam ia selalu dibon oleh pasukan
AURI dan dibaca ke kantor Kecamatan Banjarsari untuk diinterogasi. Proses
interogasi selalu disertai dengan penyiksaan. Tidak jelas berapa banyak tapol
yang sempat diinterogasi dan disiksa di tempat ini dan, namun Sriyani
menyebutkan setidaknya ada satu tapol perempuan lain yang juga disiksa
bersama-sama dengannya dan satu tapol laki yang dikubur setinggi leher.
Di Seksi II saya udah ditanyai apa-apa. Tapi yang
nanyai itu ndak keras. Saya sebagai titipan, orang titipan di situ. Terus kalo
malem, kira-kira jam delapan, jam tujuh saya diambil. Dibawa ke kecamatan.
Dibawa ke kecamatan Banjarsari, saya di situ ditanyai. Malam saya lagi.
ÒKamu orang Gerwani ya? Kamu ditugaskan untuk anu
itu, menggoda jenderal-jenderal yang di sana, nanti kalo udah terpikat kamu,
kamu, yang netaki,Ó gitu loh dulu
itu.
ÒPak, saya ini jenderal aja saya ndak tahu. Lubang
Buaya saya juga ndak tahu. Di mana letaknya. Jakarta aja saya belum tahu.Ó
Ha itu bren [senjata api], tapi udah ndak ada
isinya, diuncalke (dilemparkan) sama
saya. Kan saya ya kaget, Mbak. Saya kaget. Saya suruh ngaku. Ya sudah. Ya ada
AURI yang datang ke tempat saya ini [yang menangkap Ibu Sriyani], ya masih
kroco-kroco gitu loh, ÒMbak, kalo kamu minta selamat, kamu ikut saya.Ó
ÒYa, saya ikut kamu mau diapakan?Ó saya bilang
gitu tho?
ÒDah tho nanti selamat asal Mbak mau.Ó
Ya saya ndak mau. Terus batu itu dibalangke (dilemparkan) ke ndas, kepala saya itu, sama Mbak Darsini
itu. Dah, saya diam saja. Kalo malam itu saya diujan-ujanke (dihujan-hujankan) di kecamatan itu sampe empat hari.
Kalo pagi diantar ke Seksi II, kalo malem dibawa ke [Kecamatan] Banjarsari.
Malam terakhir. Malam terakhir itu saya jumpa
teman saya yang dikubur segini, kepala. Jadi suruh nggerongi (melubangi), orangnya dikubur, sampe, kepala. Itu disuruh
makan daun pepaya di situ. Ya itu saya terus seperti orang, setengah semaput
gitu loh tapi masih ingat tapi sudah ndak, ndak, ndak sehat gitu loh. Sudah itu
terus saya dibawa ke Seksi II lagi. Di Seksi II lagi saya semalam dibawa ke
Balaikota
[2]
.
Yang juga belum jelas adalah apakah pasukan AURI bertindak sendiri atau
juga melibatkan organisasi milisi seperti pola umum yang ditemukan dalam
Peristiwa 1965 di Solo.
Sumber
Wawancara
Christina Sri Haryati, Solo, 21/4/05
Sriyani, Solo, 19/4/05
|
||
[1]
Wawancara Christina Sri Haryati, Solo, 21/4/05
[2]
LTP, Wawancara dengan Ibu Sriyani, Solo, 19/4/05
|