Kongres yang diselenggarakan pada 24 hingga 28 Januari 1959 ini merupakan kongres pertama dan terakhir yang pernah diselenggarakan oleh Lekra. Kongres diselenggarakan di Kota Solo, dihadiri oleh sekitar seratus seniman dan sejumlah utusan seniman dari Korea Utara, RRT, dan Jerman Timur. Presiden Soekarno hadir dalam upacara penutupan dan menyampaikan pidato.

Bersamaan dengan kongres diselenggarakan Pekan Kebudayaan yang berlangsung sejak 23 Januari dan hingga 29 Januari 1959 yang menampilkan pertunjukan teater, musik, tari, baik di panggung tertutup maupun terbuka, pameran lukisan, patung, poster, penerbitan, pakaian berbagai suku di Indonesia, alat-alat musik, dan apa yang disebut sebagai pameran umum yang menggambarkan capaian dalam bidang pendidikan dan peningkatan kemampuan kreatif bangsa, seperti  peralatan dan hasil proyek Pemberantasan Buta Huruf, grafik situasi pelajar dan mahasiswa, dan sebagainya.

Suasana dalam upacara penutupan Kongres Nasional Lekra, Januari 1959 di Solo.

Presiden Soekarno tiba, disambut oleh para pengurus dan anggota Lekra. Kedua dari kanan: anggota pengurus pusat Lekra, Oey Hay Djoen; kelima dari kanan, Sekretaris Jenderal Lekra, Djoebaar Ajoeb; ketujuh dari kanan: anggota Lekra, pemain film dan teater, Dhalia.

Suasana dalam upacara penutupan Kongres Nasional Lekra, Januari 1959. Sekretaris Jenderal Lekra, Djoebaar Ajoeb, menyampaikan pidato.

Suasana dalam upacara penutupan Kongres Nasional Lekra, Januari 1959. Kemungkinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prijono, menyampaikan pidato.

Suasana dalam upacara penutupan Kongres Nasional Lekra, Januari 1959. Para tamu kehormatan. Ki-ka: Walikota Solo sekaligus pengurus Lekra Solo sejak 1954, Oetomo Ramelan; Pangdam VII/Diponegoro, Mayjen Soeharto; Presiden Soekarno.

Suasana dalam Pekan Kebudayaan, Kongres Nasional Lekra, Solo, Januari 1959. Lekra Cabang Malang memamerkan peralatan dan bahan bacaan yang digunakan untuk menyelenggarakan kursus Pemberantasan Buta Huruf (PBH).

Pertunjukan akrobat di panggung terbuka

Pertunjukan teater

Pertunjukan tari-nyanyi

Pertunjukan teater

Berdiri kedua dari kiri, berbaju kotak-kotak dan baju hangat adalah sutradara film Bachtiar Siagian. Duduk paling depan, kedua dari kanan kemungkinan komposer Subronto K. Atmodjo. 

Dana penyelenggaraan kongres di antaranya berasal dari potongan atas hasil penjualan karya lukisan anggota Lekra, sementara logistik diantaranya disumbangkan oleh anggota-anggota dari berbagai cabang.

Penonton pertunjukan.

Pertunjukan Wayang Orang

Presiden Soekarno berpidato. Di latar belakang (kanan), berdiri Ketua Panitia Kongres, Basuki Resobowo.

Komposer lagu dan pendiri Ansambel Nyanyi-tari Gembira, Sudharnoto.

Ki-ka: mulai dari kedua dari kiri, aktor film dan teater Dhalia; sutradara film dan teater Bachtiar Siagian; kedua dari kanan: sastrawan dan pemimpin redaksi majalah “Zaman Baru”, Rivai Apin.

Para pimpinan Lekra. Ki-ka: penulis dan ahli sejarah sastra Bakri Siregar; penulis Oey Hay Djoen; aktor film Basuki Effendi; sastrawan Rivai Apin.

Para pimpinan Lekra. Ki-ka: tak diketahui namanya; penulis, kritikus seni dan organisatoris Joebaar Ajoeb; pelukis Henk Ngantung; penulis, sastrawan, kritikus seni Njoto.

Aktor A. Hamid Arif (deret tengah, kedua dari kanan).